Kamis, 19 Juli 2012

Terpuruknya Petani Karet

 
Petani karet pada umumnya  salalu dalam garis kehidupan ekonomi yang sangat rentan terhadap kekurangan hidup layak. Dari banyak pemberitaan tentang petani sebagian besar atau bahkan hampir semuanya adalah tentang penderitaan ekonomi para petani. Hampir tidak ada pemberitaan tentang petani yang berkeridupan ekonomi yang baik. Kondisi petani yang seperti sekarang ini akan semakin turun keadaan perekonomianya seiring dengan waktu. Hal ini tidak dapat dipungkiri dan adalah suatu kenyataan dalam dunia pertanian yang terjadi di Indonesia.

Seiring dengan perjalanan waktu  fenomena yang terjadi banyak sekali kaum muda atau generasi penerus yang enggan untuk menyandang gelar petani, hal ini di sebabkan gelar tersebut sudah tidak lagi populer bahkan identik dengan kehidupan perekonomian rendah. Sudah pasti hal ini bukanlah suatu penafsiran yang salah oleh para kaum muda, akan tetapi adalah sebuah kenyataan yang mereka rasakan. Jika hanya dengan selogan selogan kosong yang di kumandangkan oleh beberapa instansi pemerintahaan untuk merubah pandangan para kaum muda tentang bahwa kehidupan desa yang juga tak kalah menjanjikan dengan kehidupan di perkotaan tidaklah efektif.

Lalu apa sebenarnya yang sedang terjadi pada petani Indonesia sehingga petani Indonesia sebagian besar menempati garis bawah pada perekonomian mereka ?. Banyak sekali faktor yang membuat hal tersebut terjadi. Hal ini terjadi seperti bola salju yang sekarang ini semakin terlihat semakin membesar dan sangat mengerikan. Beberapa faktor tersebut di antaranya adalah pertama ketika para petani Indonesia tidak mempunyai kemampuan dalam hal managemen keuangan, sangat minimnya kesadaran dalam mengelola keuangan rumah tangga ini yang terkadang menjerat para petani itu sendiri, dan bahkan para tengkulak dengan sistem ijonya datang seolah bagaikan dewa penyelamat bagi para petani yang gampang sekali tergiur oleh keinginan keinginan yang mungkin belum waktunya untuk di penuhi, lebih jelasnya untuk memenuhi keinginannya para petani hanya punya satu pola fikir yaitu berhutang ketimbang menabung (mengumpulkan/menyisihkan) hasil panenya. Dari pola hidup yang seperti inilah berawal para petani mulai terperangkap oleh jaring laba laba para tengkulak yang pada mulanya menawarkan kebaikan dengan sistem ijon. Kedua adalah tidak adanya kemampuan para petani untuk mengembangkan lahanya dari satu menjadi 2 dari dua menjadi 3 dan seterusnya, bahkan yang terjadi adalah lahan yang mereka miliki berangsur berkurang dan terkadang habis sama sekali, apakah dibagi untuk di wariskan atau di jual untuk memenuhi keinginan atau untuk membayar hutang. Yang ketiga, harga yang terkadang tidak memihak pada petani sangat membuat petani semakin terperosok dalam kemiskinan ketika para tengkulak mempermainkan harga petani tidak dapat berbuat apa-apa, hal ini yang sangat tidak berprikemanusiaan dimana tengkulak dapat untung besar sementara petani dapat untung pas pasan.

Perlu adanya penyuluhan dan pendampingan agar petani Indonesia menjadi petani yang tangguh dan mandiri. Selama petani tidak berubah dalam pola fikirnya dan tidak adanya pendampingan dalam merubah pola fikir tersebut sungguh hampir bisa dikatakan tidak mungkin para petani akan menjadi petani yang kuat dan mandiri. Pola fikir tersebut dirubah melalui pencerahan penyuluhan penerangan yang di lakukan secara terus menerus sampai para petani benar-benar merubah pola fikirnya. Dan tidak cukup hanya dengan pencerahan tapi juga harus dengan pendampingan karena tanpa pendampingan petani tidak akan dapat berbuat banyak ketika terdesak oleh keinginan kebutuhan dan permainan harga. Pencerahan dan pendampingan ini harus di lakukan sampai para petani benar-benar mempunyai kekuatan dalam mengelola keuangan rumah tangga sehingga pada saatnya nanti petani dapat menguasai harga hasil panennya.

Siapakah yang harus memulai ? kita semua dapat memulainya dari para petani itu sendiri, LSM, Pemerintah daerah, Paguyuban petani, Perkumpulan petani, Koperasi pentani dan sebagainya. Semua dapat berperan asal kita semua sadar bahwa sebenarnya petani adalah bukan sapi perahan para tengkulak, tetapi petani sesungguhnya dapat hidup dengan tingkat ekonomi yang tinggi.

 

Tidak ada komentar: