Selasa, 26 Februari 2013

Memburu Lahan Pekebunan

Sebuah pejalanan yang melelahkan namun mengasihkan, panjang sekali jalan yang saya lalui menuju satu tempat ketempat lain. Meskipun saya tidak behasil mendapat kebun buruan saya, namun saya telah medapatkan banyak pelajaran dari perburuan itu.

Mendapatkan lahan haruslah hati hati karena lahan yang kita cari adalah lahan yang tidak kita kenali, secara saya adalah orang yang jauh dari lahan yang sedang saya buru. Dengan perburuan tersebut saya semakin lebih tau daerah daerah dan semakin tau juga betapa daerah yang dulu masih rimba raya kini sudah menjadi kota dengan peradapan yang sudah bergeser. Hal yang menggelitik hari saya adalah ketika mobil saya di salip oleh mobil Toyota Fortuner, sepotan saya berkata wah.... mau kemana orang kaya itu melaju di plosok daerah ini, dan kontan pemandu saya mengatakan bukan pak itu adalah mobil travel.... hahahaha saya tertawa terpingkal pingkal... hebat sekali orang dearah sini ya.. kalau di jakarta mobil fortuner adalah mobil yang di elus elus sama sopir pribadi.... hahahaha tapi di sini di pakai untuk travel...... Dari hal hal seperti itu jg saya semakin sadar bahwa ternyata usaha perkebunan sangat berpenaruh besar sekali terhadap kelayakan perkonomian mereka. Semakin saya masuk ke dalam daerah semakin saya menjumpai mobil mobil mewah yang sedang parkir di rumah rumah penduduk, dan semakin tidak menjumpai mobil mobil kelas bawah... paling rendah saya jumpai mobil avanza.  Tapi di balik cerita indah ini ada sisi lain yang membuat bulu kudu merinding, betapa lahan sering di buat permainan oleh para mafia tanah...
1. Ada tanah yang mempunyai Sertivikat lebih dar satu dengan tanah yang sama
2. Ada tanah yang di jual murah tapi ternyata adalah HTI, HGU, tanah adat
3. Ada yang jual tanah tapi ada pepohonan yang tidak ikut di jual namun masih tetanam hidup dan tidak     boleh di apa apa kan.

Begitulah perburuan tanah yang membutuhkan kehati hatian dalam bertransaksi, sangan sulit membedakan mafia mafia tanah dengan ustad, semau sangat baik dan ramah, semua adalah sosok orang yang mempunyai solusi untuk saya yang sedang mencari tanah, belum lagi tanah tersebut terkadang sedang sengketa keluarga sama rumitnya.

Seiring waktu yang kian senja saya menyudahi perburuan itu dan kembali lagi ke Jakarta dengan tangan kosong, karena saya berprinsip bahwa jangan gegabah untuk membeli lahan. Di lain waktu akan saya lanjutkan berburu lahan perkebunan.





Tidak ada komentar: